RISALAH PERPISAHAN (Desember 2005)

Semoga keselamatan menyertai kita, hati kita, dan seluruh yang tertuang dalam catatan kita. Catatan yang tertulis maupun yang dibiarkan beterbangan dalam benak kita.

Maha suci Allah yang telah membiarkan malam berteman dengan rembulan dan bintang berteman dengan gemerlapnya. Api bukan bara, tapi bara adalah api.

Segala puji bagi Allah yang telah membenamkan hati hingga tak mampu tersentuh mata sebagaimana wangi yang tak mungkin bisa tercium telinga.

Aku terlahir saat lelap mendekap raga
Raga bugil yang tersekap dengan aturan manusia
Aku merangkak, berdiri, lalu berjalan
Menggenggam assa yang redup berpijar

Ingatlah malam yang telah mempertemukan air mata kita
Atau air mata itu hanya air mata buaya?

Masih kurasakan hangatnya pelukanmu saat rembulan menutupi wajahnya dengan kerudung hitam. Malam semakin renta dan remangnya cahaya rembulan menemani keegoisan menemui masa lalunya. Kau sandarkan kepalamu di bahuku saat sang bayu berusaha menembus hangatnya pori-pori kita. Ada rumput yang bergoyang mengejek kebisuan yang kita hidangkan. Perlahan kurangkul pundakmu dan membawamu dalam tiap angan yang beterbangan menuju bintang-bintang sana. Kamu menangis seperti anak kecil sedangkan aku masih berusaha membendung air mata yang memaksa keluar meninggalkan kesombonganku. Ada sebait kata yang keluar dari
bibirku. Kulihat kaupun tersenyum di antara isak tangis dan air mata. Kita berlabuh dalam hayalan masa depan. Malam itu adalah malam 31 agustus 2004.

Mungkin perlu kuceritakan bahwa aku telah menciptakan sebuah lukisan yang kupajang dalam tembok dadaku. Tentang senyum kita dan senyum anak-anak kita, tapi sekali lagi aku terus menemuimu dalam jurang yang menampung keraguan mereka. Semua kabar tentangmu tak pernah membuatku tenang dalam persemaiannya. Hingga saat seuntai kata menemuiku.

“ aku Andi, kamu pasti kaget. Aku ingin kamu tahu bahwa telah ada sesuatu yang benar-benar serius di antara aku dan Eva. Kedua orang tua kita sudah saling bertemu, mereka sudah saling bicara, dan restu mereka adalah bekal kita. Hanya tinggal menunggu waktu. Aku tak mau siappun merusaknya, termasuk juga kamu…..!!”

Seperti mendengar berita kematian, aku merasa tak pernah punya daya untuk merubah semua jalan kehidupan. Kubiarkan air mata menghapus tiap harapan yang pernah ada, hidupku laksana bayangan maut yang menari-nari di antara kebodohan langkahku. Aku memang telah menjadi orang ketiga di antara kalian. Aku sama sekali tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya menyalahkanmu, tapi hari ini kubiarkan kau yang bicara.

Cinta membuat waktu cepat berlalu
Waktu membuat cinta cepat berlalu

Ingatlah saat kuhadiahkan selembar kertas yang serupa dengan ini. Kupahat tiap kata di antara tiap prasangka manusia. Aku telah menuntun tiap kata dengan sangat susah payah. Telah kutarik mereka dari kedalaman lautan dan kuhamparkan mereka seperti ganggang-ganggang yang menghiasi permukaan pantai. Apa yang kamu fikirkan waktu itu- sedangkan kita akan berpisah untuk dua tahun bahkan mungkin juga tiga tahun. Semua kutulis atas nama cinta tapi ternyata cinta belum puas mempermainkan kita.

Kupikir hanya dua tahun, tapi waktu dua bulan ternyata sudah mengembalikanku menjumpai kenyatan hidup. Dua tahun menjadi milik kita dan dua bulan hanya milikku. Begitulah cara Tuhan menceritakan kuasaNya pada manusia. Telah kutulis kata-kata itu, tapi aku tak bisa menemukan mereka dalam untian syukurku padaNya. Padahal aku hanya manusia.

Hatiku tercemari oleh sampah penyesalan, terbanjiri dengan limbah kekecewaan, padahal aku sama sekali tak berhak menjadi Hakim untuk mengadili tiap yang ada. Bahkan aku tak berhak mengadili diriku sendiri. Yang aku tahu, Tuhan telah menyediakn jalan yang terbaik bagi tiap hambaNya.

Semua bukanlah kebahagiaan karena kebahgiaan sejati telah disediakan spesial bagi masing-masing kita. Hatiku tercemar saat aku kebingungan mencari kasih sayangNya. Aku kehilangan arah dan aku sangat membutuhkanmu, tapi kau meningglkanku tanpa kabar apa-apa.

Aku tak bisa menggambarkan betapa hancurnya aku waktu itu. Aku sepenuhnya membencimu. Akupun mnceritakan kebencian ini pada rasio yang kusandang di kepalaku, tapi hatiku adalah kenyataan yang tak mudah untuk diprofokasi. Aku menemukanmu dan terus menemukanmu menemani malam-malamku. Aku tak berdaya sat kau menyelinap di antara kebencian yang kuciptakan. Hari ini kan kubirkan kau yang bercerita.

Kupanggil angin menjemput hatiku
Kupeluk dia dalam heninggku
Kulepas sadar dan manusiaku
Kukekang nafsu dan binatangku

Dalamnya samudra tinggalkan noda
Dalamnya malam tinggalkan nestapa
Dalamnya sunyi tinggalkan jelaga
Dalamnya hati tinggalkan dunia

Aku pernah membaca sebuah buku yang mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki. Cinta adalah ketulusan untuk memberi tanpa harapan untuk menerima. Apakah aku berhak mencintaimu sedangkan kau semakin terlihat tak mencintaiku. Biarlah tiap orang mengatkan apa yang mereka ingin katakan, tapi hari ini kan kubiarkan kau yang bicara.



Gelembung agung mengaung terapung apung
Menyambut kabut lembut mencabut ujung rambut
Sadar keluar akar menjalar menebar-debar
Lenggang melanggang melayang tanpa tali kekang

Aku sadar bahwa kau adalah kisahku, tapi aku tak pernah mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Aku telah menangis untuk Takdirku. Aku selalu memintamu dalam tiap doa yang aku panjatkan. Aku menangis saat menyadari bahwa aku tak pernah mengetahui rahasia masa depan. Aku menagis saat tersadar bahwa Tuhan telah menyediakan jalan terbaik bagi tiap hambaNya. Aku juga menangis karena selalu menghkimi jalan Tuhan dengan akal fikiranku. Padahal aku hanyalah ranting kering.

Sampai saat ini, tubuhku adalah perangkap yang memenjarakan tiap kata dalam bahasa manusia. Aku menyematkan mahkota waham dalam tiap kalimatnya. Suatu saat nanti akan kuwujudkan ilusi ini di hadapan matamu.

Akulah skizofren yang berhiaskan ribuan halusinasi yang tak pernah kamu pahami. Akulah psikotik yang telah membiarkan tiap kepala memasung telunjukku. Bahkan aku adalah neurotic yang akalnya telah tercabik hingga yang tersisa hanyalah wajahmu. Mampukah aku menemukan tiap serpihan yang meninggalkan hatiku. Hari ini biarkanlah kamu yng bercerita.


Aku telah menerima hidup sebagi kehidupan
Aku telah menunjuk hidup sebagai perjalanan
Aku telah menempatkan hidup di antara kedamaian
Aku juga merelakan hidup terlihat apa adanya

Kulihat kebenaran dengan melihat yang benar
Kulihat kebenaran dengan melihat yang salah
Kuikat kedunya di balik rongga dada
Kulepaskan kedunya di atas cakrawala

Hari ini aku menemuimu. Hari ini hanyalah milikmu. Aku tetaplah aku, karena aku harus tetap melanjutkan langkahku agar aku terus bisa bercerita tentangmu. Maka hari ini kan kubiarkan kau mengtakan Sesuatu padaku.
Bicaralah sayang...



Artikel Terkait:

0 Response to "RISALAH PERPISAHAN (Desember 2005)"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme