AKU MEMANGGILNYA IBU PERTIWI

Juni hampir mendekati juli
Tanda demi tanda bermunculan seperti buih
Seorang nenek tua bernama Bumi merintih demam
Menderita sakit dalam usia yang sudah sangat tua

Seorang nenek tua bernama Bumi, aku memanggilnya: Ibu pertiwi
Wajahnya masih terlihat cantik walau borok di sana-sini
Luka bekas sayatan dan pukulan, bahkan kanker payudara
Tak punya tenaga untuk menyusui putra-putri sejati

Duduk di samping nurani, aku menyapa Ibu pertiwi:
Salam takdzim dan peluk mesra kerinduan kuhaturkan
Kudekatkan bibir untuk membisikinya cinta
Ceritakan padaku, ibu: apa sesungguhnya yang menjadi bebanmu?

Anakku, sejak pertamakali aku melahirkan manusia: aku selalu bersedia menyusui dan mengasuhnya
Seumur hidup, aku tak meminta apa-apa
Setelah mereka berbangsa-bangsa, para raksasa memperkosaku habis-habisan
Memeras air susu dan menyiksa tulang belulangku
Mereka semakin seperti anak kecil, semakin tak mengenalku
Sampai pada suatu ketika, di jaman yang disebut revolusi industri
Mereka berpesta meneriakkan kemenangan, menyambut jaman modern
Penemuan-penemuan berhasil mempermudah kerja manusia
Tapi aku mereka racuni dengan limbah teknologi
Gunung dipecah, tanah digali, pohon-pohon disulap jadi padang pasir
Aku diterlantarkan begitu saja hingga setua ini

Anakku..
Sakitku sudah semakin kronis
Ibu sering batuk dan menggigil
Ibu sudah hampir tak punya tenaga untuk menggendongmu
Maafkan Ibu...

Juni hampir menjangkau juli
Aku menengadah ke arah bintang
Di mana tempat manusia bersembunyi?
Beberapa galaksi tersenyum menulis kebodohanku..


(KLU: JUNI 2013)



Artikel Terkait:

0 Response to "AKU MEMANGGILNYA IBU PERTIWI"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme