GELAP DAN TERANG PADA PINTU DADA
Ketika cahaya kerinduan terbit dari pikiran
Mata itu menyala menerangi cakrawala
Getaran gaib menguasai jiwa-jiwa yang terjaga
Ketika gelap tak lagi berkuasa; ia mengasuh gemintang dan purnama
Dialah sang kekasih
Yang membagi sejumlah warna; bahkan pada orang buta
Karena gelap dan terang telah dibukakan pada pintu dada
Hingga air mata menjadi lukisan ruhani yang penuh panorama
Ia berkata padaku
Janganlah kau memuja ilmu pengetahuan yang beku dan keras
Karena hati tak bisa menampung selain kelembutan
Dan dogma-dogma itu mungkin saja hanya prasangka
Maka datangkanlah cipta yang mengheningkan rasa
Karena intuisi selalu mampu menembus tabir yang memisahkanmu dari alam cinta
Bukankah mata menyukai hal-hal yang indah?
Bukankah telinga menyukai suara-suara yang merdu?
Lalu kenapa kau lebih menyukai menyantap lumpur daripada mengunyah roti?
Walaupun itu adalah selera, namun bukankah roti lebih pantas kau makan?
(Dia menegurku dengan sangat keras, tapi lembut)
0 Response to "GELAP DAN TERANG PADA PINTU DADA"
Posting Komentar