KECAMUK API
Sepasang mata yang menyantuni hati telah dicuri oleh kawanan gagak hitam
Tanah tandus kembali hening setelah hujan harapan
Dan air mata hanya mampu menenggak perihnya dahaga
Suara santun tanpa topeng telah dirampas kebisingan munafik
Tanah tandus kembali hening setelah kemeriahan cinta kasih
Denyut jantung pejalan kaki dipaksa menepikan penantian hati
Di kedalaman diri, sejumlah puisi berperang melawan nama baik yang pandai melontarkan sumpah serapah
Anjing geladak!
Lidahmu menjulur-julurkan api
Anjing geladak!
Kenapa menyalak di telinga seorang putri?
Ular beludak!
Jangan kau sangka seluruh bumi adalah semak-semak
Ular beludak!
Onggokan lemak bergerak-gerak menggertak seuntai watak
Anjing geladak!
Ular beludak!
Keluarlah dari semak-semak
Tataplah matahari bijak yang menyirami jalan setapak
Sejumlah puisi berperang melawan anjing
Mengambil taring-taring buas mereka
Memotong cakar-cakar tajam dari mata yang bengis
Dan memangkas lidah-lidah yang menjulurkan liur sahwat
Sejumlah puisi berperang melawan ular malas yang penuh tipu daya
Melawan lidah-lidah yang bercabang
Membakar semak-semak hingga semarak
Dan matahari bergerak menuju bayangan-bayangan yang terinjak
Sepasang mata yang begitu kurindukan..
Senyum manismu telah kusimpan di lemari kamarku
Suara lembutmu kupajang di ruang tamu
Dan hatimu selalu kubawa ke manapun aku pergi
(KLU: 2013)
0 Response to "KECAMUK API"
Posting Komentar