JASAD DALAM GULUNGAN OMBAK

Laut terdiam lelah, setelah kemarin memungut jasad dari gulungan ombak
Cakrawala membaca diri sambil membiarkan langit merenung
Ada banyak cerita dalam napas manusia
Sedangkan aku masih bersenang-senang dengan gelembung-gelembung puisi

Dan malam terus beranjak
Angin mulai berhembus, membawa ombak pada bibir pantai
Ku sapa tangisnya yang penuh getar
Hingga dada ini terisi kepiluan

Wahai sang perangkai aksara, aku adalah kenyataan
Bahasaku yang tanpa kata memang tak menarik minatmu
Karena kau hanya terbiasa ber-onani dengan pikiran dan imajinasi
Padahal aku selalu bicara walau tanpa kata

Maafkan aku atas semua gemuruhmu, ombak..
Atas jasad yang dipungut pantai kemarin sore
Kau dan kenyataan terlalu sulit kuhapal
Karena aku masih tenggelam dalam mimpi-mimpi masa depan

Puisimu itu egois wahai kata
Tataplah bentang cakrawalaku yang terlalu hapal tatapan usiamu
Di kedalaman cinta tak akan mungkin lagi ada tawar menawar
Sedangkan matamu kau biarkan redup penuh alasan

Aku tahu..
Tapi aku juga tak tahu apa-apa tentang masa depan
Aku tahu...
Tapi aku juga tak tahu apa-apa tentang sayatan jaman yang memaksa hati untuk merintih

(KLU: 2013)



Artikel Terkait:

0 Response to "JASAD DALAM GULUNGAN OMBAK"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme