SEORANG BIDADARI, KETIKA DAUN JATUH

Seorang bidadari membuka tirai waktu
Sebuah tulisan masih terserak bersama daun-daun jatuh
Sebait rindu yang seolah fatamorgana terpampang jelas di depan realita
Matanya tak berdusta, mengenal jejak rahasia

Aduhai debar lembut "ketika daun jatuh"
Manusia mengabarkan dirinya pada langit
Merpat-merpati beterbangan menjemput kesenangan udara
Dan kejut cahaya mengisi ruang kosong yang berselimut logika tanya

Sebuah buku yang ditulis oleh para penyampai kabar berada di atas tempat tidur
Bersanding dengan denyut rindu yang hampir tak terbaca
Merabai rasa yang tersimpan di setiap lembarnya
Hingga lelap, hingga senyap...

Tapi dia terjaga di dalam mimpi
Ketika daun jatuh, dia menulis sebuah nama
Memilihkan tempat untuk menyimpan gurat halus pikiran
Dan memberinya tanda dengan warna ungu selembar pita

Ketika daun jatuh; sebuah buku berada di samping wajah-lembut yang tertidur pulas
Sebuah buku yang masih membisiki kata-kata
"Tak ada waktu untuk menerka setiap duka
Tak ada waktu untuk menjawab, meski hanya seuntai kata
Walau kau sempat mengerti- sempat menulis rindu: Ketika daun jatuh"


(KLU: APRIL 2013)



Artikel Terkait:

0 Response to "SEORANG BIDADARI, KETIKA DAUN JATUH"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme