MATAKU BERKACA-KACA PADA SEPI

Aku adalah wanita bersuami...
Seorang pria beristri datang padaku
Menawariku tetesan janji dari perasan kesenangan
Sebuah nira mampu dia suling dari pohon rindu yang tumbuh di ladang sepi
Tak terpelihara sentuhan dan bisikan
Penuh ilalang semak duri

Aku ini seorang istri, cegahku..
Tapi tangan kekarnya berkelit dari prasangka
Memberiku semacam ketulusan seorang perwira
Tapi sesekali menggenitkan mata

Aku hampir tak mengerti dengan arti kesetiaan saat dia mengulang-ulang namaku sepenuh rasa
Kau pria beristri, sahutku
Berkacalah pada hati kecilmu yang pasti menjerit
Karena akupun takut dicincang rasa bersalah pada janji sakral sumpah setia

Dia menoleh ke arah takdir
Bukankah ini kehendak Tuhan?
Tuhan menghendaki kita bertemu dan menghiasi kita dengan rasa
Apa salahku? Sanggahnya sepenuh ragu...

Aku malu pada ketidaktahuanku akan jawaban
Alibinya terlalu sakti untuk kusangkal tanpa pengetahuan
Lalu aku mencoba menakar: jika suamiku membunuhmu, itu juga kehendak Tuhan
Kalau kita tak bersalah, maka dia juga lebih tak bersalah
Lalu di mana letak dosa-dosa manusia?

Wahai dunia...
Jangan culik aku dengan tipuan kesenangan penuh pembenaran
Aku ini wanita bersuami...
Tak layak bagiku menebar duri di tempat peraduan ikrar semati


(KLU: MEI 2013)



Artikel Terkait:

0 Response to "MATAKU BERKACA-KACA PADA SEPI"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme