SUATU KETIKA

Seorang laki-laki buruk rupa tercetak halus dalam pikiran sang bidadari
Entah wajahnya berasal dari mana
Namun didekatnya, sang bidadari benar-benar menjadi dirinya...
Tak ada kekhawatiran sedikitpun tentang gambaran dunia

Seorang bidadari menguasai pikiran pemuda buruk rupa
Entah wajahnya berasal dari mana
Namun di dekatnya, suguhan keindahan benar-benar menyantuni jiwa
Tak ada keraguan sedikitpun tentang debaran yang tercipta

Mereka berdua berjalan di tangga kesaksian
Bercengkrama tentang gairah hidup dan wangi kemesraan
Bergandeng tangan dalam genggaman saling mengikat
Memijak makna demi makna kebahagiaan paling rahasia

Separuh perjalanan, sang Iblis memasuki aliran darah
Mendidihkan logika-logika kepala dengan panas tipu daya
Gumpalan-gumpalan keraguan terjelma di jantung pemompa
Menyebarkan tekanan asing yang tak diduga hambatannya

"Wahai pemuda, ketahuilah...
Dalam kesempurnaan yang kau tatap, ada cacat tersembunyi yang akan kau temukan, mungkin kamu jijik mendengarnya, atau kamu akan lari sangat jauh dari dekapannya, aku tak tega, maka biarlah kamu sendiri yang mengetahuinya"

Sepasang kekasih terheti separuh perjalanan
Saling menatap dengan takaran prasangka
Berkaca-kaca pada kesejatian yang menggenang seperti air mata
Memilih bentuk sebagai luka pertemuan jiwa

Sang bidadari memegang denyut jantung yang menggedor-gedor dadanya
Kenapa kau sayatkan penghakiman terhadap rasa? Padahal aku tak merekayasa
Padahal aku sangat tak berkuasa atas jantungku sendiri??

Sang pemuda berkata: Iblis telah mendatangiku dan menceritakan cacatmu
Aku telah melihatmu telanjang bulat tanpa sehelai penghalang
Tapi hanya dua buah tulang sayap yang sepertinya pernah dipatah paksa
Kau masih terlalu sempurna untuk wujudku

Aku tak percaya..
Selama ini kau mencari-cari cacatku hanya untuk menakar kepantasan tempatmu
Kamu sama sekali tidak mengenalku
Kamu hanya memikirkan diri dan kepuasanmu

Sudahlah...
Wanita secantik kamu memang sangat janggal ada di sisiku
Aku bernilai 4 sedangkan kamu 9
Mungkin kamu tidak sadar jika aku tak sanggup sebagai tempat pelarian

Wahai pemuda, kamu telah menuduhku dengan sangat keji
Ketidak sadaranku pada debaran hati yang menguasai rindu sungguh bukan kesengajaanku
Aku menemukan ketulusan yang tak pernah bisa kuperoleh dari laki-laki manapun
Tapi ternyata aku salah menilaimu

Lalu halilintar menyayat dengan gelegar tegas
Memisahkan dua pasang mata yang penuh luka
Sepasang jiwa terpenggal dari kedekatan Kasih
Tersudut penuh luka meratapi cinta

Suatu ketika, di jaman Takdir mengumpulkan serpihan kesejatian
Malaikat-malaikat bersepakat untuk campur serta menuliskan surat-surat kepada Rindu
Serta memanggil-manggil jati diri yang dikelabuhi emosi

Sang pemuda membaca air mata sepi pujaan hati yang sebening sanubari
Sang bidadari membaca luka-luka perih dari jiwa yang memulas Rindu
Lalu keajaiban menumbuhkan tunas pertemuan baru
Dua tatap mata saling memanggil tanpa prasangka...

Duhai Kekasihku..
Duhai Kekasihku...
Aku hilang arah
Jangan biarkan aku tanpamu


(KLU: MEI 2013)



Artikel Terkait:

0 Response to "SUATU KETIKA"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme