KETIKA PERIHMU TAK MAMPU KUPEGANG

Wajahmu yang mengambang dalam genangan air mata
Muncul di permukaan kesadaran dan mengiris perih selaput rasa
Kau bercengkrama dengan sejarah luka-luka
Sedangkan aku hanya tergeletak sebagai telinga

Potongan-potongan waktu terus merapihkan tubuhmu
Membenahi wajah murung dengan semburat harapan
Malam mengunci sepi, begitu rapat dan dingin
Tak ada celah menuju dadamu yang terdengar retak

Aku bersembunyi dalam kerudungmu
Mencuri keharuman bulu kuduk yang gemetar menakar waktu
Berhembus bagai angin lalu seperti sepoy sapa ketidakberdayaan
Menanggung harapan wajahmu

Duhai, temuilah aku di tempat jarak memangkas kita
Sebab di sana telah kutulis air mata untuk setiap perihmu
Percayakah kau pada ketidakberdayaan yang mengoyak penglihatanku?
Masih adakah tempat di sisiku yang terbebas dari perih?

Sayang...
Tataplah mataku
Pulanglah menuju tempat di mana hatimu mulai di semayamkan
Agar kita mampu menyatu dalam rasa
Tanpa dipenggal kerjap gulita


(KLU: MEI 2013)



Artikel Terkait:

0 Response to "KETIKA PERIHMU TAK MAMPU KUPEGANG"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme